Modernis.co, Malang – Amerika Serikat selaku negara adidaya telah melangsungkan pemilihan presiden. Pemilihan ini berlangsung 4 tahun sekali. Ada 2 kandidat yang akan mencalonkan diri untuk menjadi presiden Amerika Serikat yaitu pasangan Joe Biden-Kamala Harris dan Donald Trump-Mike Pence. Pilpres Amerika Serikat ini menggunakan sistem electoral college yaitu ketika warga Amerika memilih, mereka memberikan suara untuk capres dan cawapres mereka. Kemudian suara itu dikumpulkan permasing-masing negara bagian.
Negara bagian seperti California mempunyai populasi suara electoral terbanyak diantara negara bagian lainnya. Untuk aturan pemilihan presiden Amerika ini, jikalau kandidat yang mendapat minimal 270 dari total 538 suara electoral di Amerika Serikat maka akan dinyatakan menang dan menjadi presiden Amerika Serikat. Sistem ini selain agak rumit juga menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Pendukung sistem ini mengemukakan bahwa sistem electoral college penting digunakan agar suara negara bagian yang kecil di Amerika Serikat direspon dan didengar oleh para capres dan cawapres.
Jikalau tidak,maka capres dan cawapres hanya akan berkampanye di negara-negara bagian besar saja contohnya seperti negara California dan New York. Sedangkan mereka yang kontra mengemukakan sistem ini sudah kuno karena sudah diterapkan sejak Amerika Serikat dibentuk pada abad ke-18 M. Pada tahun 2020 ini pilpres Amerika Serikat terasa berbeda yang berarti kebanyakan pemilih melaksanakan pemilihan awal.
Seperti mengirimkan surat suara lewat pos, menaruh ke dalam dropbox pemilu, dan juga datang langsung ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). Sebagian besar warga Amerika Serikat tidak memilih langsung dikarenakan masih khawatir akan penyebaran virus covid-19. Dikarenakan banyak yang memilih lebih awal maka menyebabkan penghitungan surat suara menjadi lebih lama. Lamanya penghitungan surat suara ini memicu reaksi dari presiden Donald Trump, Trump berkata ini memungkinkan kecurangan hasil pemilu yang lebih besar.
Melihat proyeksi suara electoral Biden mengejar suara pesaingnya yaitu Donald Trump di negara bagian Pensyllvania dan Nevada. Total suara sementara Biden sebanyak 279 suara dan Donald Trump 214 suara. Melihat realitas tersebut presiden Donald Trump menolak proyeksi pemilu ini. Dalam salah satu pernyataan tertulis, Trump menuduh bahwa ada kecurangan hasil pemilu dan beliau akan memulai proses pengadilan pada hari Senin tanggal 9, November 2020 kemarin. Trump berpesan “pemilu yang jujur: artinya menghitung semua suara yang legal dan tidak menghitung suara tidak legal”.
Hingga akhirnya dengan perolehan suara electoral sementara sebanyak 279, Biden dinyatakan menang walaupun masih ada kurang lebih 4 negara bagian yang belum selesai melakukan rekapitulasi suara. Kemenangan ini membuat Biden menjadi presiden Amerika Serikat tertua yang berumur 77 tahun dan Kamala Harris selaku wakil presiden pertama wanita yang berasal dari keturunan Asia Selatan serta beliaulah yang akan menemani Biden memimpin Amerika Serikat 4 tahun ke depan.
Mendengar kabar itu para pendukung dan masyarakat Amerika Serikat pun bergembira ria. Sehingga mereka merayakan kemenangan Biden dengan berbagai cara seperti membuka botol demi botol sampanye, membunyikan klakson mobil,membawa anak-anak dan hewan peliharaannya,menyanyikan beragam yel-yel,dan lain sebagainya. Joe Biden berpidato bahwa “Dan untuk membuat kemajuan, mereka adalah warga Amerika Serikat”. Dalam kutipan pidato tersebut dapat kita lihat Joe Biden berjanji untuk mempersatukan warga Amerika Serikat yang tidak hanya terdiri dari warga berkulit putih tetapi ada warga berkulit hitam juga.
Atas pidato tersebut para pendukung dan warga Amerika Serikat mengapresiasi sikap Biden yang merangkul semua warga Amerika Serikat tanpa terkecuali. Salah satu warga Amerika Serikat dan juga selaku pendukung Biden, Maya G berkata dengan semangat “ Persatuan, ini semua tentang persatuan. Kami sudah lelah melalui tahun yang berat, semua orang telah berpisah. Orang kulit putih dan orang kulit hitam, dan itu membuat setres. Saya senang dia(Biden) berbicara tentang persatuan di Amerika Serikat ini.
Dari perkataan dan respon Maya G tersebut menunjukkan adanya berbagai masalah yang warga Amerika hadapi saat masa pemerintahan presiden Donald Trump. Masalah-masalah itu salah satunya adalah kasus seorang berkulit hitam yang tewas di tangan anggota kepolisian Minneapolis hingga berujung kepada aksi demonstrasi besar-besaran (Black Lives Matter) yang dilakukan oleh seluruh warga negara di berbagai belahan dunia. Kasus rasisme inilah yang membuat Biden berjanji tidak akan ada kesalahan atau kasus yang sama di masa pemerintahannya. Sesuai dengan rencana, Biden dan Kamala akan dilantik pada 20 januari 2021 mendatang.
Oleh: Fitri Mustikasari (Mahasiswa Pendidikan Agama islam UMM)